Thursday, September 27, 2007

Kerinduan Eskatologis

Walau sudah masuk tahun kedua belajar di Amerika, saya tetap merasakan beratnya menghadapi kesendirian dan keterpisahan dari istri. Masuk tahun kedua, tidak berarti saya jadi terbiasa atau ringan menjalani keadaan berjauhan dari istri. Kerinduan kepada istri dan keluarga selalu ada setiap hari. Dan kerinduan ini menyesakkan.

Meskipun kehidupan dan studi di Amerika mendatangkan aneka sukacita dan pengalaman berharga, tetap tidak bisa menggantikan kerinduan ini. Semacam ada lubang besar di hati yang tidak bisa diisi oleh apapun kecuali pulang ke Indonesia, dan kembali berkumpul dengan istri serta keluarga.

Pelajaran hidup ini menerbitkan pemahaman saya akan kerinduan eskatologis. Bukankah setiap anak Tuhan adalah musafir di dunia ini? Bukankah rumah kita adalah surga? Walau kehidupan di dunia adalah anugerah Tuhan dan kesempatan kita untuk berkarya membangun kerajaan Allah, kita tetap dipenuhi rasa rindu kepada Allah dan surga bukan?

Saya sadar bahwa kerinduan kepada istri dan keluarga disebabkan karena saya mencintai mereka. Cinta selalu membuat saya ingin berkumpul dengan mereka. Begitu pula kerinduan eskatologis kita. Kita bisa merindukan Tuhan semata-mata karena kita mencintai Dia.

Kita memang hidup di tengah-tengah tegangan "already but not yet". Bersama seluruh anak-anak Tuhan sepanjang masa, dengan penuh rindu kita berdoa, "Datanglah kerajaan-Mu..."

cartoon for your soul

cartoon for your soul